Musibah atau
bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari keimanannya,
sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti keimanan dan
kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan
semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan rahmat
sesudah musibah atau bencana tersebut.
Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelimang dosa dan
kemaksiatan, bencana atau musibah yang menimpa itu adalah siksa atau azab
dari Allah atas dosa-dosa mereka. Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang
kejahatan dan kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/musibah, maka Allah
sedang menyiapkan bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini
merupakan siksa atau azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan
atas segala dosa dan kejahatan serta maksiat yang dilakukannya.
Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa
alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah
itu terjadi disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah bertobat kepada Allah.
Kalau musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan
berpegang teguhlah kepada Allah.
Firman Allah
swt :
مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ
وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ
Artinya :
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisaa : 79)
Ibnu Katsir
mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah”
adalah dari karunia dan kasih sayang Allah swt. Sedangkan makna “dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari
dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri, sebagaimana firman-Nya :
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا
كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa
saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.
Asy Syura : 30)
As Suddiy,
Hasan al Bashri, Ibnu Juraih dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna “maka dari
dirimu sendiri” adalah karena dosamu. Qatadah mengatakan bahwa makna” “Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Adalah akibat dosamu wahai
anak Adam.
Didalam
sebuah hadits disebutkan,”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah
seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang
menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.”
(Tafsir al Qur’an al Azhim juz II hal 363)
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an diantaranya firman Allah swt :
Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an diantaranya firman Allah swt :
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya : “Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya
: 35)
Cobaan atau
ujian yang menimpa setiap orang dan ia ini isa berupa keburukan atau kebaikan,
kesenagan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya
yang lain :
Artinya :
“Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang
buruk-buruk.” (QS. Al A’raf : 168)
Ibnu Katsir
mengatakan bahwa makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” adalah terkadang Kami menguji dengan
berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan agar kami mengetahui
orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kafir, orang-orang yang
bersabar dari orang-orang yang berpuus asa sebagaimana perkataan Ali bin
Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa makna “Dan Kami menguji kalian” dia mengatakan
Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan),
dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan
kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan…
sedangkan firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”
adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir al
Qur’an al Azhim juz V hal 342)
Cobaan atau
ujian ini juga terkadang disesuaikan dengan kadar dan kualitas keimanan
seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan pahala orang yang terkena
ujian ini, karena itu didalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan
bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi.
Syeikh Al
Mubarokhfuriy mengatakan bahwa mereka (para nabi) yang paling berat ujian dan
cobaannya karena mereka adalah orang-orang yang merasakan kelezatan semua cobaan
itu sebagaimana kebanyakan orang merasakan lezat semua kenikmatan. Karena
apabila para nabi tidak diuji maka keimanan kepada Allah yang ada didalam diri
mereka hanya akan menjadi khayalan dan melemahkan umat didalam kesabarannya
menghadapi suatu cobaan. Hal itu juga dikarenakan orang yang paling berat
cobaan adalah yang paling kuat ketaatannya dan paling kuat didalam
mengembalikan segala urusannya kepada Allah swt. (Tuhfatul Ahwadzi juz VI hal
185)
Cobaan atau
ujian ini bisa juga disebabkan karena kesalahan atau dosa yang dilakukan
seseorang, seperti dosa seseorang yang meninggalkan jihad dikarenakan para
wanita-wanitanya, sebagaimana firman Allah swt :
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ ائْذَن لِّي وَلاَ
تَفْتِنِّي أَلاَ فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُواْ
Artinya :
“Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.” (QS. At
Taubah : 49)
Sesungguhnya
ujian ataupun cobaan yang ditimpakan kepada orang itu adalah ketika orang itu mengatakan
pemohonan izinnya kepada Rasulullah saw disebabkan kelemahan iman mereka untuk
ikut berperang di jalan Allah melawan pasukan Romawi dengan mencari-cari alasan
kecantikan para wanita Romawi yang bisa membuat mereka tidak tahan dan akan
mempengaruhi jihad mereka.
Dengan demikian bisa difahami bahwa cobaan atau ujian adalah lebih luas atau lebih umum daripada musibah. Dikarenakan tidaklah disebut musibah kecuali untuk sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seorang yang mendapatkannya sementara ujian atau cobaan bisa berupa kesenangan atau kesengsaraan. Dan terkadang efek dari bala’ ini lebih berat daripada musibah. Orang terkadang sanggup bertahan didalam keimanan saat mendapatkan kesulitan akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan.
Dengan demikian bisa difahami bahwa cobaan atau ujian adalah lebih luas atau lebih umum daripada musibah. Dikarenakan tidaklah disebut musibah kecuali untuk sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seorang yang mendapatkannya sementara ujian atau cobaan bisa berupa kesenangan atau kesengsaraan. Dan terkadang efek dari bala’ ini lebih berat daripada musibah. Orang terkadang sanggup bertahan didalam keimanan saat mendapatkan kesulitan akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan.
Dan apapun
yang diterima seorang muslim baik ia berupa ujian maupun cobaan baik berupa
kesenangan ataupun kesengsaraan, kelapangan atau kesempitan, kekayaan atau
kemiskinan maka semuanya adalah baik baginya karena mereka adalah orang-orang
yang bersyukur ketika dirimpa kesenangan dan bersabar ketika ditimpa
kesengsaraan.
Dan tidaklah
suatu musibah atau ujian itu ditimpakan kepada seorang mukmin kecuali adalah
sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia sehingga tidak ada lagi
baginya siksa atas dosa itu di akhrat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau
mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa
membawa kesalahan.”
Sementara
musibah atau ujian yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah bagian dari
adzab Allah kepada mereka di dunia sementara adzab yang lebih besar telah
menantinya di akherat, sebagaimana firman-Nya :
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى
دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya :
“Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di
dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)
Artinya :
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah
apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Huud : 16)
Didalam
sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw
bersabda,”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan
kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun
orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di
dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan
pun sebagai ganjaran baginya. “ (HR. Muslim)
Mari kita
instrospeksi diri, dosa dan kesalahan apa yang pernah kita perbuat, sehingga
Allah memberikan cobaan kepada kita, kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan
duniawi, insyaallah semua cobaan yang Allah berikan pasti ada penyelesaiainnya,
tentunya sikap sabar dan tawakkal sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar